IKLAN

Babad Kulonprogo (Bagian I)

Oleh: Purwadi. 
Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara, LOKANTARA. 

Klik-Jogja - A. Sejarah Kota Wates 

Wates adalah ibukota Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya strategis, alam sekitar indah permai, penduduk ramah tamah. 

Arah timur Kota Wates terdapat kali Progo yang berair jernih. Kali Progo digunakan untuk tapa ngeli oleh Pangeran Natakusuma. Bangsawan luhur yang sempulur misuwur. 

Trahing kusuma rembesing madu. Kelak beliau bertahta di Pura Paku Alaman pada tahun 1813.
Daerah aliran sungai Progo berasal dari mata air gunung Sundoro, Sumbing, Merapi, Merbabu, Menoreh. Dengan panjang sungai 140 km. Jembatan kali Progo yang menghubungkan kota Wates dibangun kokoh megah. 

Banyu tirta perwira sari. Perlu ditelusuri daerah aliran Kali Progo. Dari daerah Ngluwar Magelang terdapat bendungan Ancol Bligo. Lantas air mengalir ke selokan Van Der Wijck. Juga air mengalir ke arah Kali Progo. Bermuara di Pantai Kewaru. 

Sumbering panguripan. Anak sungai meliputi kali Krasak, pabelan, Elo, Murung, Tinalah, Bedog, Semawang, Tangso, Merawu, Kuas, Kayangan, Deres dan Belik. 

Penamaan Kali Progo berhubungan dengan faktor historis. Kabupaten Kulon Progo mengalami perkembangan dari masa ke masa. Hal ini terkait dengan pembagian wilayah pada jaman kerajaan masih memiliki kekuasaan teritorial dan administratif. Pada tanggal 17 Maret 1813 ditanda tangani perjanjian Tuntang. Bertempat di tepi Kali Tuntang, sebelah barat Gunung Merbabu, barat lereng gunung Telamaya yang berdekatan dengan Rawapening.

Berdasarkan perjanjian Tuntang, maka berdirilah Kadipaten Pura Paku Alaman. Pangeran Notokusumo dinobatkan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam I. Pada waktu itu kasultanan Yogyakarta diperintah oleh Sri Sultan Hamengku Buwono III. 

Terjadilah pembagian wilayah antara kekuasaan Kasultanan Yogyakarta dengan Pura Paku Alaman. Pangeran Notokusumo yang menjadi Paku Alam I adalah adik Sultan Hamengku Buwono II. Wilayah Kasultanan Yogyakarta meliputi daerah Kulon Progo. Sedangkan wilayah Pura Paku Alaman terdiri dari daerah Adikarto.

Meliputi Kabupaten Pengasih dan Kabupaten Sentolo yang berdiri secara resmi tahun 1831. Lantas pada tahun 1851 dibentuklah kabupaten Nanggulan. Pemekaran kabupaten Kalibawang terjadi pada tahun 1855. 

Kabupaten Pengasih, Sentolo, Nanggulan dan Kalibawang pada tahun 1812 digabung menjadi satu, dengan nama Kabupaten Kulon Progo. Pada tanggal 16 Februari 1827 kabupaten Kulon Progo terbagi menjadi dua kawedanan serta delapan kapanewon. Ibukota pindah ke daerah Sentolo. 

Kawedanan di Kulon Progo meliputi daerah Pengasih yang terdiri dari kapanewon Lendah, Sentolo, Pengasih dan Kokap. Sedangkan kawedanan Nanggulan terdiri dari Kapanewon Girimulyo, Kalibawang dan Samigaluh. 
Para bupati yang menjabat di kabupaten Kulon Progo yaitu :

1. KRT Poerbowinoto. 
2. KRT Notoprajarto. 
3. KRT Harjodiningrat. 
4. KRT Djojodiningrat
5. KRT Pringgodiningrat. 
6. KRT Setjodiningrat
7. KRT Poerwoningrat. 

Perubahan administrasi terjadi pada tahun 1951. Kadipaten Adikarto dan kadipaten Kulon Progo digabung menjadi satu. Sebagai dasar hukum yaitu undang-undang No. 18 tahun 1951. Sejak itulah Kulon Progo menjadi kabupaten otonom dengan beribukota di Wates.

Kadipaten Adikarto Wilayah Paku Alaman. 
Adapun wilayah Adikarto merupakan daerah kekuasaan Pura Paku Alaman. KGPAA Paku Alam I mendapat hak kekuasaan sebelah barat sungai Progo. Sepanjang pantai selatan ini disebut dengan nama Pasir Urut Sewu. Daerah kekuasaan Pura Paku Alaman juga mendapat sebutan Kabupaten Karang Kemuning. Sebagai pusat pemerintahan beribukota di daerah Brosot. Penasihat utama Pura Paku Alaman bernama Kyai Demang Kawirejo.

Para bupati yang pernah memerintah di Kadipaten Karang Kemuning yakni :

1. Tumenggung Sosrodigdoyo. 
2. R. Rio Wasadirdjo. 
3. RT Surotani. 
4. RMT Djayengirawan. 
5. RMT Notosubroto. 
6. KRMT Suryaningrat. 
7. Mr. KRT Brotodiningrat. 
8. KRT Suryaningrat. (Sungkono)

Bupati yang memerintah Kadipaten Karang Kemuning pertama kali dipegang oleh Tumenggung Sosrodigdoyo. Kemudian dilanjutkan oleh Raden Rio Wasadirdjo. Keduanya atas perintah KGPAA Paku Alam V untuk melakukan pembangunan Rawa di Karang Kemuning.

Rawa-rawa ini menjadi wilayah yang indah atau adi. Para petani dapat bercocok tanam dengan subur makmur atau karta. Dari kejadian ini wilayah Karang Kemuning lantas diubah menjadi Kadipaten Adikarto. Ibukota dari Brosot  dipindah ke daerah Bendungan pada tahun 1877.

Daerah Kadipaten Adikarto semakin maju dan sejahtera. Pada tahun 1903 ibukota kadipaten Adikarto dipindahkan ke daerah Wates. Kadipaten Adikator terdiri dari dua kawedanan yaitu Kawedanan Sogan dan Galur. Kawedanan Sogan terdiri dari kapanewon Wates dan Temon. Kawedanan Galur terdiri dari Brosot dan Panjatan. 

Penggabungan Wilayah Kulon Progo dan Adikarto. 
Pada tahun 1951 kadipaten Kulon Progo dan kadipaten Adikarto digabungkan menjadi satu. Berdasarkan undang-undang no 18 tahun 1951. Yang disahkan pada tanggal 12 Oktober 1951. 

Berurutan bupati Kulon Progo setelah penggabungan wilayah Kulon Progo dan Adikarto adalah sebagai berikut.

1) KRT Suryoningrat 1951 – 1959.
2) R Prodjo Suparno 1959 – 1962.
3) KRT Kertodiningrat 1963 – 1969.
4) R Soetedjo 1969 – 1975.
5) R Soeparno 1975 – 1980.
6) KRT Wijoyo Hadiningrat 1981 – 1991.
7) Drs H Suratidjo 1991 – 2001.
8) H Toyo Santoso Dipo – HM Anwar Hamid 2001 – 2006.
9) H Toyo Santoso Dipo – Drs. H Mulyono 2006 – 2011.
10) dr. H Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) – Drs H Sutedjo 2011 – 2018.
11) Drs H Sutedjo 2018 – 2023.

Segenap pemimpin dan rakyat bersatupadu, agar kabupaten Kulon Progo semakin maju. Mereka guyub rukun, gotong royong. 

Deretan sejarahyang pernah terjadi merupakan pelajaran yang berharga bagi generasi sekarang. masa silam selalu menawarkan pengalaman yang mengandung keteladanan serta kebajikan. Dalam sejarah Wates selalu menjadi bahan perhatian. 


Bersambung

(Editor : Triana)

Posting Komentar

0 Komentar