IKLAN

Buya Hamka Jadi Imam Sholat Jenazah Kendati Bung Karno Pernah Mepenjarakannya

 Foto: aswajadewata.com

Pewarta : Dedi Mulyadi

Seyogyanya para pemimpin politik meneladani sikap politik Buya Hamka,  kendati Buya Hamka berseberangan dengan Bung Karno atau dengan  kata lain musuh poilitik Bung Karno.

Buya Hamka sempat dipenjara dua tahun empat bulan  atas perintah Bung Karno,  dan bebas pada 1966 saat rezim Soekarno jatuh.

Buku-buku karangan Buya Hamka ketua MUI pertama juga dilarang beredar,  dan akitivitas dakwah yang selama dipenjara  otomatis Hamka tidak bisa memenuhi undangan untuk berdakwah

Buya Hamka tetap bersahabat selamanya sampai di ujung hayat Bung Karno, kendati Buya Hamka pernah dipenjara karena dituduh hendak membunuh  Soekarno, pada akhirnya Buya Hamka mensholatkan jenazah Bung Karno.

Berselang empat tahun menghirup udara bebas, tepatnya pada 16 Juni 1970 Buya Hamka dihubungi ajudan Presiden Seoharto, Mayjen Soeryo, Bung Karno wafat.

Soekarno berpesan pada keluarganya,  agar kelak meninggal dunia yang mensholatkannya Buya Hamka.

“Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam jenazahku. Demikian  pesan kepada keluarganya”, tulis Irfan anak Hamka,  dalam bukunya berjudul, Ayah Kisah Buya Hamka (2013)”.

Bagi Hamka  dendam politk tidak pernah ada dan tidak boleh ada , kurang bagaimana beliau  dipenjara 2 tahun lebih di Sukabumi, sebagai seorang ulama yang sangat dihormati dinistakan diruang penjara yang pengap.

Akan tetapi ketika beliau bebas , dikabari ajudan Pak Harto  tentang wafatnya Bung Karno, Bung Karno membawa pesan agar yang menyolatkan Buya Hamka, tanpa berpikir apa-apa, Buya Hamka bergegas pergi ke Wisma Yaso yang sekarang menjadi musium Satria Mandala di Jalan Gatot Subroto, Buya Hamka mensholatkannya.

Ini pelajaran penting sebab sekarang ini kita sering menyaksikan politik yang semakin kanibal,  menghalalkan segala cara, dan ini menjadi sebuah pelajaran betapa Buya Hamka itu  lurus, dan termasuk ketika beliau di MUI dan sempat menyatakan mundur itu karena sikap politik yang tegas.

Bagi Buya Hamka idealisme, prinsip, dan cita-cita itu lebih penting dan jauh lebih utama,  kepada kehidupan manusi dibanding misalnya jabatan-jabatan yang bersifat duniawi, (dm).

Posting Komentar

0 Komentar