IKLAN

Babad Kulonprogo (Bagian II)

Klik-Jogja  - B. Wates Ibukota Kulon Progo. 

Wates punya nilai sejarah yang panji. Terletak di sebelah barat Kali Progo. Dari Wates bisa langsung menuju Purworejo, Kebumen, Cilacap, Banyumas, Banjarnegara, Wonosobo dan Purbalingga. 

Kali yang terkenal dengan nama Kali Progo ini disebut oleh Pangeran Natakusuma saat tapa ngeli. Kulon berarti barat. Bahasa kawi disebut pracima. Progo berarti peduli jagad lahir. 

Dengan tapa ngeli itulah Pangeran Natakusuma mendapat kesempurnaan lahir batin. Segenap priyayi Mataram kerap melakukan tapa ngeli di sepanjang aliran Kali Progo. 

Kota Wates mendapat perhatian dari Gubernur Jenderal Raffles. Pangeran Notokusumo bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam I. 

Kontrak politik diresmikan oleh Gubernur Jenderal Raffles. Selaku wakil pemerintah Kerajaan Inggris Raya. Sejak pagi gendhing Monggang berkumandang. Tanda penobatan Pangarsa istana pura. 

Malam sebelumnya Pangeran Notokusumo tapa kungkum di Kali Serang. Dengan dikawal abdi dalem purwo kinanthi. Layaknya lelaku yang dijalankan oleh Joko Tingkir. 

Siram jamas untuk sesuci diri di kali Serang. Pangeran Notokusumo mulai mantab untuk memimpin pura Paku Alaman. Sejenak peristiwa historis perlu ditinjau ulang. 

Berdirinya Pura Paku Alaman tanggal 17 Maret 1813. Bermula dari diplomasi tingkat tinggi yang dilakukan oleh Trah Mataram. Berada di bawah kaki Gunung Merbabu yang berhawa sejuk. 

Perjanjian Tuntang Salatiga menjadi tanda berdirinya Puro Pakualaman Yogyakarta. Pengesahan ini dilakukan oleh Gubernur Jendral Raffles pada tanggal 17 Maret 1813. Pangeran Notokusumo dinobatkan menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam I.

Keindahan gunung Merbabu memikat hati. Raffess adalah tokoh hebat. Akrab dengan masyarakat Salatiga. Pernah melakukan wisata berkuda. Rute tengaran Susukan, Karanggede. Saat istirahat di Pasar Susukan sempat kuliner sego jagung dengan lawuh bothok teri. Suguhan sayur adas dan kikil jamu. Disantap di pinggir kali Serang sambil mancing. Rasanya serba nyamleng. 

Aliran Kali Serang berair kinclong. Adanya prestasi gemilang kota Salatiga lereng gunung Merbabu amat penting. Keberadaan Kadipaten Pakualaman dalam sejarah Kerajaan kerajaan di Jawa tampaknya tidak dapat dipisahkan adanya persaingan elite politik atau bangsawan. Dalam perjalanannya Kadipaten Paku alaman telah mengalami dinamika perkembangan yang ditandai adanya pergantian pemerintahan mulai dari Paku Alam I sampai dengan Paku Alam VIII.

Salatiga lereng gunung Merbabu perlu dikenang oleh Dinasti Mataram. Untuk mendapatkan gambaran tentang Kepala Dinasti Kadipaten Pakualaman, maka uraian akan dijelaskan secara rinci dan singkat mulai dari Paku Alam I sampai dengan Paku Alam VIII, serta profil Paku Alam IX. Yeeldijk yang pernah menjadi Residen Yogyakarta, mengatakan bahwa permasalahan yang dihadapi Pangeran Notokusumo dan RT Notodiningrat masih kurang jelas baginya. Ditambahkan, bahwa Pangeran Notokusumo dan RT Notodiningrat dituduh berkomplot dengan R. Rangga yang memberontak. Tuduhan ini sebenarnya hanya dipergunakan sebagai alasan yang tidak wajar untuk mengelabui mata orang.

Dengan demikian wilayah Salatiga menjadi tempat penting bagi dinasti Mataram. Alasan yang sebenarnya, Pangeran Notokusumo dituduh ingin menjatuhkan Pangeran Adipati Anom dan RT Notodiningrat dituduh akan mendongkel Patih Danurejo. Sementara itu hubungan tidak baik antara GKR Kencono Wulan dengan Pangeran Adipati Anom merupakan latar belakang yang ikut memperburuk situasi politik pada waktu itu.

Semua itu adalah karena Pangeran Adipati Anom mendapat hasutan dari provokator yang ingin menjatuhkan eksekutif. Melalui penderitaan dan perjuangan yang panjang. Beliau dipindah dari satu kota ke kota lain, akhirnya sesudah Pangeran Adipati Anom dinobatkan oleh Gubernur Inggris sebagai Sultan Hamengku Buwono III di Loji, tempat kediaman Minister Residen Inggris. Orang internasional sudah biasa interaksi di kota Salatiga, kaki gunung Merbabu. 

Sebaiknya trah Mataram belajar atas sejarah kota Salatiga dan sekitarnya maka pada esok harinya, Senin 29 Juni 1812 Pangeran Notokusumo dinobatkan oleh Gubernur Jenderal Raffles sebagai Pangeran Merdiko di dalam kraton, dengan gelar KGP Adipati Paku Alam, sedangkan RT Notodiningrat berganti nama menjadi KP Ario Suryaningprang dan RM Salyo, adinda RT Notodiningrat menjadi KP Ario Suryaningprang. Mengenai berdirinya Kadipaten Pakualaman.

 Sekalipun Pangeran Notokusumo secara resmi telah dinobatkan menjadi Sri Paku Alam I pada hari Senin 29 Juni 1812, akan tetapi Politik Kontrak antara Gubernur Inggris dengan Sri Paku Alam baru dibuat dalam bulan Maret 1813. 

Politik Kontrak ini dibuat pada tanggal 17 Maret 1813. Anehnya ialah bahwa berdirinya Kadipaten Pura Mangkunegaran pun terjadi pada tanggal 17 Maret, sebab perjanjian Salatiga antara investor dengan Sri Mangkunegara dibuat pada tanggal 17 Maret 1757. Berita tu tersebut dalam Gedenkschrift 25 jarig bestuurjubileum Paku Alam VII. Tokoh Salatiga yang mewarisi semangat juang leluhur yakni Matori Abdul Jalil. Ketua partai ini pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan. 

Trah Mataram mewarisi budaya Pajang. Gunung Merbabu dianggap wingit wigati. Dengan demikian maka pada tanggal 17 Maret 1813 Pangeran Notokusumo menerima jabatannya sebagai Sri Paku Alam I dari gubernur Inggris, dan dengan demikian pula nama bagi dinasti Pakualaman diletakkan dasar dasarnya. 

Dalam bukunya tentang Verhouding der Vorsten terdapat ulasan menarik. Raffles mengingat jasa jasa Pangeran Notokusumo, mengangkat beliau sebagai Pangeran Merdiko, dengan gelar Pangeran Adipati Paku Alam. Sumbangan wilayah Salatiga bagi perkembangan kerajaan Jawa sungguh besar. Raffles meninggalkan jejak manis di sepanjang aliran Kali Tuntang Tengaran. 

Kesadaran historis ini hendaknya diresapi dengan sepenuh hati. Lara lapa tapa brata. Sejarah menawarkan keutamaan. Komunitas seni budaya sekitar Gunung Merbabu telah menyumbang penulisan Kesusasteraan bermutu tinggi. 

Hulu Merbabu menawarkan kejernihan. Pangeran Notokusumo mengikuti jejak Joko Tingkir. Leluhurnya menjalankan lelaku di gunung Merbabu dan Kali Serang. 

Pangeran Notokusumo pendiri dinasti Pura Paku Alaman. Pewaris Trah Mataram ini memiliki peristiwa historis di Kali Tuntang dan Kali Serang. Nama Serang amat populer di daerah Wates. Tokoh ini memberi keteladanan.

Bersambung 

(Editor:Triana)

Posting Komentar

0 Komentar