IKLAN

Tanggap Perubahan Iklim, Mahasiswa KKN PPM UGM Belajar Adaptasi dan Mitigasi di Kampung Sangurejo, Turi, Sleman

KlikJogja - Di tengah perubahan iklim yang tidak menentu termasuk pencemaran udara, sekitar 50 mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) UGM mengunjungi Kampung Sangurejo, Kalurahan Wonokerto, Kapanewon Turi, Sleman, Sabtu (9/12/2023).

Kunjungan ini dalam rangka mencari inspirasi dan menggali ide tentang program kerja pengembangan desa berkelanjutan untuk mendukung pelaksanaan KKN PPM UGM di Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Magetan Jawa Timur, Kabupaten Natar Lampung Selatan, dan Sulawesi Selatan. Hal tersebut diharapkan dapat ikut mendukung upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.  

Program KKN-PPM merupakan bentuk pendidikan melalui praktik langsung mahasiswa UGM untuk belajar dengan mengidentifikasi potensi dan menyelesaikan permasalahan di dalam masyarakat. Selain mahasiswa berkesempatan mengabdi, program ini bertujuan pula untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sasaran.

Para mahasiswa bersama  dosen pembimbing lapangan (DPL) KKN-PPM UGM, Ir. Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D., IPU. melakukan studi lapangan, observasi, dan diskusi bersama mengenai Program Kampung Iklim (ProKlim) yang sedang dilaksanakan di Kampung Sangurejo.

 Kampung Sangurejo telah dideklarasikan untuk menyukseskan ProKlim. Menyandang pula desa wisata dan kampung pramuka sejak 2022, kini Sangurejo menerima berbagai kunjungan, baik sekedar berwisata, aktivitas outbond dan berkemah, maupun studi tiru, belajar serta berdiskusi bersama masyarakat setempat. 

Kunjungan terbaru adalah dosen dan mahasiswa pascasarjana dari Universiti Putra Malaysia (UPM), dai dan pegiat lingkungan dari Ethiopian Muslims Relief and Development Association (EMRDA), Norwegian Church Aid (NCA), Tropenbos Indonesia, dan the International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF), 7 Desember 2023. 

Kampung Sangurejo yang memiliki wisata air di Embung Kaliaji ini berhasil mengembangkan konsep desa yang mendukung adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Berbagai program telah diterapkan. Pekarangan masyarakat ditanami oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan sayur mayur, tanaman obat keluarga dan pohon buah, konservasi energi baru terbarukan (EBT) melalui penggunaan lampu solar panel, penerapan water recycling untuk kolam ikan dan penyiraman, hingga pengolahan limbah daun dan sisa kulit buah salak dan manggis oleh ibu-ibu Sanggar Ecoprint Sangurejo (ECSA) untuk membuat kerajinan ecoprint. ECSA dirintis masyarakat Sangurejo dengan bimbingan founder “Omah Fatma” dan inisiator ecoprint batik (ecotik), Ira Fatmawati.

Kini ecoprint berupa kain hingga tumbler dan mug ini dijadikan buah tangan pengunjung dengan harga jual yang terjangkau. Pengembangan potensi sumber daya alam lokal berkolaborasi dengan modal sosial masyarakat setempat merupakan kunci keberhasilan pengembangan desa dan peningkatan kesejahteraan.

Melalui kunjungan ini, mahasiswa KKN PPM UGM diajak berinteraksi langsung dengan masyarakat dan berkeliling melihat penerapan program yang ada. Selaku DPL, Atus yang mengampu di Fakultas Kehutanan UGM sekaligus menjelaskan pula nilai-nilai yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan Program Kampung Proklim. Mulai dari sisi teknis, sosial ekonomi hingga budaya dan tata aturan setempat yang berlaku di dalam masyarakat. 


Selanjutnya, mahasiswa dihimbau untuk bisa menggali keragaman potensi yang terdapat di lokasi KKN nantinya dan dapat mengadaptasi program kerja yang sekiranya potensial untuk dikembangkan, seperti: legalisasi berbagai kelompok Masyarakat dan pengembangan homestay untuk meningkatkan kesejahteraan sekaligus pelibatan peran aktif masyarakat dalam membangun desa. 

Selama proses mengobservasi Kampung Sangurejo, mahasiswa tidak hanya dijelaskan mengenai keberhasilan yang tercapai, akan tetapi juga permasalahan dan hambatan yang dialami. 

“Kami diberi tahu bahwa dalam pengembangan desa di berbagai lokasi memang permasalahan pemilahan dan pengolahan sampah masih menjadi salah satu tantangan yang cukup sulit diselesaikan. 

Masyarakat masih sulit untuk membiasakan pemisahan antara sampah organik dan anorganik. Menanggapi hal itu, kami diarahkan untuk senantiasa mencari alternatif solusi dalam mengajak masyarakat agar setiap program, khususnya manajemen pemilahan dan pengolahan sampah ini bisa dijalankan dengan baik,” tutur Ulin Nuha Dyah Wulandari, salah satu anggota tim pengusul KKN PPM UGM Natar 2024.

Sementara itu, Koordinator Mahasiswa Unit (Kormanit) KKN PPM UGM Kecamatan Kendal Ngawi, Sigit Bagas Prabowo mengaku terinspirasi. Setelah kunjungan ini unitnya berencana mengangkat tema, “Harmoni Bumi dan Kehidupan: Pengarusutamaan Pemberdayaan Masyarakat melalui Optimalisasi Potensi Alam secara Berkelanjutan di Desa Patalan dan Desa Majasem, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Adapun Unit KKN PPM UGM Natar Lampung Selatan, menurut salah satu tim pengusul, Gilang Aruzin Syahmanshurin masih akan melanjutkan Program Kampung Iklim yang telah dimulai sejak tahun lalu di Dusun Serbajadi 2.

Kegiatan bimbingan penyusunan program kerja KKN PPM UGM memberikan pula banyak pengetahuan baru. Para mahasiswa menjadi lebih mengetahui mengenai kondisi sesungguhnya konsep pengembangan desa lestari serta berbagai potensi dan permasalahannya. 

Melalui kegiatan ini Atus mengharapkan para mahasiswa KKN dapat memperoleh berbagai inspirasi guna memunculkan berbagai ide program kerja KKN yang unggul dan tepat untuk diterapkan di lokasi KKN nantinya. (Rel)

Posting Komentar

0 Komentar