IKLAN

Sejarah Kabupaten Batang (Bagian I)


Oleh : Purwadi
Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara
LOKANTARA
Hp 087864404347 

KlikJogja - A. Leluhur Kabupaten Batang

Masyarakat Batang memiliki peradaban yang tinggi. Pada tahun 1726 Paku Buwana mengadakan musyawarah bersama ahli nujum Mataram. Terdapat saran agar menelusuri jejak spiritual di Kabupaten Batang. Alas Roban memiliki daya linuwih. 

Dalam sejarah ada tokoh Mataram yang amat mulia. Kanjeng Ratu Batang menggagas lahirnya Kabupaten Batang. Garwa prameswari Sultan Agung ini wanita hebat. 

Catatan sejarah Mataram ini dibaca secara teliti oleh Paku Buwana II. 

Pelopor berdirinya kabupaten Batang adalah Kanjeng Ratu Batang tahun 1621. Beliau adalah permaisuri Kanjeng Sultan Agung Hanyokrokusumo yang memerintah kerajaan Mataram tahun 1613 – 1645. Lancarnya Sultan Agung memimpin berkat bantuan, perhatian, dorongan, sokongan, sumbangan Kanjeng Ratu Batang. Beliau adalah wanita karir yang sukses dalam bidang ekonomi, pendidikan, pemerintahan, kemasyarakatan, keagamaan, dan kemanusiaan.

Kecantikan Kanjeng Ratu Batang ibarat sugih rupa kurang candra. Tegese ayu rupane. Jagad gumelar kinarya daluwah sayekti kurang jembar. Samudra laya kinarya mangsi bakal asat kang ponang warih. Semua tidak akan mencukupi untuk menulis cantiknya Kanjeng Ratu Batang. Pribadinya memikat, pemikirannya mempesona, penampilannya mengagumkan. Namun demikian Kanjeng Ratu Batang tetap kuat dalam prinsip, luwes dalam tindakan. Amemangun karyenak tyasing sesama.

Wanudya ayu tama ngambar, aruming kusuma wadana asawang sasi, ri sedheng purnama sidi, netya njahit esmu lindri, grana rungih milangeni, tuhu mustikane putri, tetunggule widadari. Begitulah anggunnya Kanjeng Ratu Batang sebagai ibu negara Mataram. Penampilan beliau terlalu populer sejak dari perkotaan, pedesaan dan pegunungan. Apalagi beliau kerap turun lapangan. Bersama rombongan kerap blusukan di pemukiman penduduk. Kanjeng Ratu Batang manjing ajur ajer, mancala putra mancala putri.

Betapa bahagianya Paku Buwana II saat membaca sejarah leluhur Mataram. 

Ayahnya adalah Tumenggung Hupasanta pembesar tanah Kedu. Kakeknya yaitu Patih Mandaraka, perdana menteri kerajaan Mataram. Beliau anak kandung Ki Juru Martani, pendiri Mataram dan penasihat utama Kasultanan Pajang. Sedang Juru Martani sendiri putra Ki Ageng Saba yang menjadi Bupati Wonosobo. Leluhurnya adalah Ki Ageng Getas Pendawa, putra Bondan Kejawan. Beliau putra Prabu Brawijaya V, raja kraton Majapahit. Dari silsilah ini jelas sekali Kanjeng Ratu Batang masih keturunan Majapahit. Dari jalur Nawangsih, adalah putri Ki Ageng Tarub. Beliau putra Dewi Rasawulan yang menikah dengan Syekh Maulana Magribi. Dewi Rasawulan adik kandung Sunan Kalijaga. Keduanya adalah putra Bupati Wilwatikta Tuban.

 Boleh dikatakan Kanjeng Ratu Batang adalah trahing kusuma rembesing madu, wijiling atapa, tedhaking andana warih. Paku Buwana II merasa mendapat suri teladan yang utama. 

Cocok sekali bila Kanjeng Ratu Batang menjadi garwa prameswari raja Mataram. Sultan Agung mendapat pendamping yang seimbang. Garwa sigaraning nyawa. Pilihan Sultan Agung sudah melalui proses saringan ketat yakni bibit bebet bobot. Keturunan, kekayaan, kepribadian menjadi pertimbangan dalam menentukan jodoh seseorang. Tumenggung Huposonto mendidik Kanjeng Ratu Batang sebagai pengusaha sukses. Beliau memutar roda bisnis perkapalan, pelayaran, pelabuhan. Melalui Tumenggung Bahurekso Bupati Kendal, Ratu Batang mengelola pelabuhan Tanjung Emas dan pelabuhan Tegal.

Tahun 1615 usaha ekspor impor udang dan ikan laut ke India, Cina, Malaka, Timur Tengah dan Afrika mendatangkan keuntungan yang berlimpah ruah. Perusahaan Ratu Batang dalam bidang mebel, kayu jati, minyak tanah, hasil bumi membuka lapangan kerja yang luas. Ratu Batang turut pula menjadi pelopor berdirinya pabrik kecap di Purwodadi dan pabrik trasi di Lasem Rembang. Kekayaan Kanjeng Ratu Batang ini digunakan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat Mataram.

Dari hasil usaha ini, Kanjeng Ratu Batang membiayai berdirinya Kabupaten Batang. Mulai dari pengadaan lahan, bahan bangunan, tukang dan angkutan semua ditanggung penuh. Kantor kabupaten, alun-alun, masjid agung dan pasar dibangun dengan sempurna. Ahli bangunan didatangkan dari Tuban, juru ukir dari Jepara, pakar marmer dari daerah Tulungagung. Rakyat pun bergotong royong untuk nyumbang bahu suku lan penemu. Semua dilakukan secara sukarela. Ini karena wibawa Kanjeng Ratu Batang. Ini berlangsung tahun 1617. (Bersambung)

Posting Komentar

0 Komentar