IKLAN

Sejarah Kabupaten Batang (Bagian II)

KlikJogja - Perjalanan sejarah ini dipelajari secara teliti oleh Paku Buwana II. Rapat pembentukan kabupaten Batang dimulai tahun 1619. Selama dua tahun panitia bekerja dan pula tahun 1621 Kabupaten Batang resmi berdiri. Pejabat Bupati pertama ditunjuk Tumenggung Hupasanta Hadinagoro. Beliau putra Tumenggung Bahurekso, Bupati Kendal pertama. Memang Tumenggung Bahurekso adalah tangan kanan dan penasihat utama Sultan Agung. Kepercayaan raja Mataram pada Tumenggung Bahurekso amat tinggi. Gelar Hupasanta ini sebagai penghormatan kepada ayah Kanjeng Ratu Batang. Rata-rata Bupati Batang selanjutnya menggunakan nama Hupasanta, yang berarti harapan yang makmur sejahtera.

Alangkah bahagianya Kanjeng Ratu Batang mendirikan pemekaran kabupaten di wilayah pesisir. Sebagai tanda gembira beliau berkunjung ke daerah Bandar, Banyuputih, Bawang, Blado, Gringsing, Kandeman, Limpung, Pecalungan, Reban, Subah, Tersono, Tulit, Warungasem, Wonotunggal. Rakyat selalu mengelu-elukan kedatangan Kanjeng Ratu Batang. Pemuka masyarakat dan sesepuh bersepakat menamakan daerah pemekaran ini dengan sebutan kabupaten Batang.

Penggunaan nama Batang jelas untuk menghormati nama Kanjeng Ratu Batang. Ada dua tokoh wanita Batang yang sangat getol mengusulkan nama garwa raja Mataram ini. Dia adalah Endang Wiranti dan Dewi Rantam Sari. Endang Wiranti dinikahkan dengan Tumenggung Duksina pembesar Mataram. Dewi Rantam Sari menikah dengan Tumenggung Hupasanta Hadinagoro.

Paku Buwana II minta keterangan kepada ahli nujum istana. Yaitu Pangeran Wujil, Kyai Yasadipura, Tumenggung honggowongso. Daerah pesisir perlu memiliki identitas. 

Kata Batang bermakna adeg-adeg, soko guru, tiang, tegak lurus. Sinonim kata batang yaitu watang. Kata ini begitu populer dalam jagad seni Jawa.

Sang patih sigra anata baris

Nyawiji gumolong

Dhampyak dhampyak gumregut lampahe

Binarung krapyak myang watang agathik

Gumelar ngebaki

Suraknya gumuruh.

Adapun kata batang berarti juga menjawab teka-teki. Batang juga bermakna mengatasi semua persoalan. Kanjeng Ratu Batang pada kenyataannya hadir membuat pepadhang, jagad terang benderang. Wajar sekali kalau kabupaten Batang dalam lintasan sejarah selalu menyumbang pikiran, tenaga, tindakan yang berguna bagi bumi nusantara.

Keberadaan alas Roban mendapat perhatian dari Paku Buwana II saat dilantik menjadi raja Mataram tahun 1726. Hutan ini perlu dikelola dengan kekuatan rohani. 

B. Mengelola Alas Roban. 

Kiprah Kabupaten Batang pada jaman kejayaan masa lampau digagas oleh Paku Buwana II. Termasuk Alas Roban yang punya nilai historis. Para pembesar Mataram mengadakan tata cara tradisi untuk menjaga alas Roban. 

Dalam perspektif sejarah, Mataram selalu berhubungan dengan daerah Batang. Warga kabupaten Batang selalu berpartisipasi dalam segala kegiatan kenegaraan. Mereka memiliki kesadaran tinggi dalam hidup berbangsa dan bernegara. Lila lan legawa kanggo mulyane negara. Misalnya ketika Sinuwun Amangkurat Agung mengerjakan proyek pembangunan maritim di Tegal. Sebagian besar tenaga pelaksana proyek didatangkan dari kabupaten Batang tahun 1650 – 1655.

Peristiwa historis ini diperhatikan oleh Paku Buwana II. Misalnya saat Sinuwun Amangkurat Agung memerintah kerajaan Mataram tahun 1645 – 1677. Pada masa pemerintahannya itu banyak dilakukan pembangunan di kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, Tegal, Kendal, dan Batang. Sesuai dengan amanat orang tuanya Sultan Agung. Beliau selalu melanjutkan tradisi luhur. Apalagi Kanjeng Ratu Batang adalah ibunda Sri Susuhunan Amangkurat Agung. Secara otomatis Kabupaten Batang mendapat perhatian utama dari kerajaan Mataram. Ini berlaku turun temurun.

Leluhur Karaton Surakarta Hadiningrat ini amat dihormati. Paku Buwana II mengadakan upacara adat. Agar mendapat berkah. 

Kanjeng Ratu Wiratsari adalah permaisuri Sinuwun Amangkurat Tegal Arum. Beliau mendapat puan dari mertuanya, supaya memperhatikan kemajuan bumi Batang. Maka tiap tahun ada program untuk wilayah pesisir sekitar pantai Siganda, Cemara Sewu, Ujung Nagaro. Kegiatan di pantai ini meliputi sedekah laut. Rakyat Batang diajak upacara wilujengan, agar semua selamat. Kegiatan ritual lain yaitu tapa kungkum di Curug Gombong, meditasi di bukit Sri Gunung. Curug Sejeglong, Telaga Dringo, Batu Gamelan, pemandian air panas Sangubanyu dan patirtan Balekambang mendapat perhatian dari abdi dalam Purwo Kinanthi yakni petugas kerajaan yang pakar tentang sesaji ritual adat.

Lungkrah aneng dedalane

Pak Tekik aneng Pacinan

Angkrik ing pasar besar

kang rumeksa aneng

Panggung-Jebres wasta, ki Balendhang.

Gue Lempor Jagalan nenggih

Ki Busik ing Loji besar

Ki Lotis ing Krapyak nggone

Balabidhir ing Gendhingan

Sangkrah Ki Rajaputra

Kethik-kethik aneng Jurug

ing Beton si Kalanadhah.

Ing Ganggang Blegthuthur

nenggih Patunggon si Basahlungkrah

Sanasewu dhedhanyange

Bok Suwanggi namanira

Koplak-kolik Sampangan

wus tamat sagung lelembut

kang ngreksa Karaton Jawa.

Sinom. 

Anelasak wana wasa, 
tumuruning jurang terbis. 
Kang ri bandhil bebondhotan. Ginubet penjalin cacing. 
Wauta sang apekik. Gumregut sangsaya sengkut. 
Sayekti datan nyipta. Pringga bayaning wanadri. 

Apan nyata satriya trah witaradya.

Lingkungan Kabupaten Batang cocok untuk laku meditasi. Alas Roban Gringsing menjadi pusat kegiatan Pedhanyangan tanah Jawa. Dengan tata cara ritual yang utama, mereka turut serta menjaga keselarasan jagad raya.

Leluhur Mataram melakukan ritual kemasyarakatan. 
Paku Buwana II menetapkan abdi dalem suranata, Purwo Kinanthi, ndoropati untuk menjaga alas Roban. Tiap hari mereka caos sesaji. Agar tanah ayem tentrem.
Kabupaten Batang berperan besar dalam menganyam indahnya peradaban.

Posting Komentar

0 Komentar