|Jurnalis: R.Budi Ariyanto Surantono (*)||Uploader: Redaksi|
|KlikJogja| - Pemungutan Suara dalam Pemilu 2024 sudah selesai dilakukan. Hasil perhitungan suara baik berupa Real Count Versi KPU ataupun Quick Count Lembaga Survey (Terdaftar KPU) sudah berjalan dan terus berlangsung hingga saat ini.
Walaupun prosentase perhitungan belum mencapai 100%, namun prediksi hasil akhir sudah bisa ditebak dengan 90% kebenaran.
Pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Gibran bisa dipastikan unggul dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Sementara PDI Perjuangan sangat mungkin unggul sebagai Partai pemenang Pemilu 2024.
Nah, bagaimana dengan Caleg-caleg yang bertarung di tingkat DPR.RI, DPRD Provinsi dan DPRD.Kota/Kabupaten ?
Walaupun proses perhitungan masih berlangsung, nampaknya tetap saja suara terbesar diraih caleg-caleg pertahana. Penulis mengamati suara-suara caleg pendatang baru rata rata terpaut sangat jauh dengan caleg-caleg incumban.
Disatu kota/kabupaten, caleg pertahana bisa mengantongi suara ribuan pemilih, sementara caleg-caleg pendatang baru rata-rata hanya mengantongi puluhan suara di setiap dapilnya.
Mengapa bisa begitu ?. Ya, karena caleg-caleg pendatang baru banyak yang berasal dari partai-partai baru yang belum memiliki kemampuan financial untuk mensupport dan mendongkrak suara calegnya. Juga sangat banyak caleg-caleg baru yang berlaga tidak memiliki modal finansial yang cukup bahkan masuk kategori "dhuafa".
Banyak yang hanya mengandalkan idealisme semata atau sekedar memenuhi kuota saja. Akibatnya mereka tidak memiliki modal dan kantong suara yang memadai sehingga perolehan suaranya tidak signifikan dan bahkan memprihatinkan.
Sungguh menyedihkan jika dalam satu Daerah Pemilihan (Dapil) yang terdiri dari 2-4 kecamatan, ia hanya mendapatkan suara 10-50 orang saja. Berarti kemungkinan besar hanya di coblos oleh keluarga dan saksi-saksi nya saja.
Sementara caleg-caleg pertahana begitu perkasa, karena pada saat sosialisasi dan kampanye mereka punya "senjata dana aspirasi" yang nilainya milyaran dan bisa menjanjikan sesuatu yang nyata kepada masyarakat yang disasarnya.
"Senjata Dana Aspirasi" terbukti ampuh taklukkan caleg-caleg "Dhuafa" yang sekedar bikin souvenir gantungan kunci aja tidak bisa. Yang untuk membayar saksi-saksi pun tidak mampu.
Lagi pula caleg-caleg pertahana sudah diketahui kiprahnya di tahun sebelumnya ditambah strategi pamungkas memainkan dana aspirasi sebagai srnjata pamungkas di ujung masa kampanye. Ya jelas saja, caleg-caleg dhuafa keok dibuatnya.
(*) Pemerhati Sosial, Kemanusiaan dan Kemasyarakatan
0 Komentar