IKLAN

Aktivis Agama dan Lingkungan DIY Turut Kukuhkan Komitmen Pelestarian Lingkungan di Indonesia

 

FGD Tentang Agama & Lingkungan (Foto: Ist)

|Uploader: Redaksi-001|

|KlikJogja|Surabaya - Diskusi Kelompok Terarah (FGD) kedua tentang agama dan lingkungan yang diselenggarakan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta di Surabaya pada 6-8 Maret 2024 menghasilkan pernyataan bersama dari para aktivis lintas agama, kepercayaan, dan kearifan lokal untuk bersatu dalam upaya pelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan dan seimbang di Indonesia.

FGD ini melibatkan lebih dari dua puluh organisasi dan komunitas lingkungan hidup yang berlandaskan pada agama, kepercayaan, dan kearifan lokal. Dari DIY terlihat hadir Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA), Kader Hijau Muhammadiyah (KHM), Generasi Muda Indonesia Bela Lingkungan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (GEMILANG LDII), Bumi Langit Institute, dan MOZAIK.

Nampak berpartisipasi pula Yayasan Hadji Kalla, AgriQur'an, Sanggar Hijau Indonesia, Yayasan Bina Bhakti Lingkungan, Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM), Masyarakat Adat Dayak Iban Rumah Betang Sungai Utik Kalbar, Jaringan Pemuda Kristen Hijau, Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) NTT, Parisada Hindu Dharma (PHDI) Bali, Adat Musi Sulawesi Utara, Komunitas Adat Ammatoa Kajang SulSel, dan Komunitas Save Ake Gaale Malut. 

Salah satu perwakilan dari LDII DIY, Ir. Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D.,IPU. ikut menyakini bahwa komitmen yang dihasilkan dari FGD ini akan menjadi landasan dan pendorong kuat untuk mewujudkan kedaulatan lingkungan yang adil dan berkelanjutan di Indonesia. 

"Kolaborasi dan sinergi tentu dibutuhkan dalam rangka mencegah hal-hal yang merusak ekosistem, memiskinkan masyarakat, dan mengancam budaya dan kesehatan," ungkap Atus yang memulai Kyai Peduli Sampah dari Yogyakarta serta menginisiasi Kampung ProKlim Berbasis Masjid dan Gerakan Pramuka Sako Sekawan Persada Nusantara.

Sementara itu, FGD menghasilkan sedikitnya ada empat poin pernyataan bersama. Poin tersebut yakni: Perlindungan Lingkungan; Solidaritas, Kolaborasi dan Jaringan; Pelibatan Lintas Generasi pada Isu Lingkungan; dan Desakan Pemulihan dan Penindakan Kejahatan Lingkungan.

Program Manager REACT (Religious Environmentalism Actions) Saiful Umam mengatakan, kegiatan ini bukan hanya sebagai wadah dialog, pertemuan ini juga menjadi panggung bagi para aktivis untuk menegaskan komitmen mereka terhadap pelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan dan seimbang di Indonesia.

"Semoga komunikasi dan koordinasi kita antar komunitas dan lembaga yang konsen dengan isu agama dan lingkungan ini semakin erat dan tercipta kolaborasi yang membawa manfaat dan kemaslahatan bersama," ujar Saiful Umam.

Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta Didin Syafruddin mengapresiasi komitmen aktivis dalam berjejaring dan berkolaborasi. Isu krisis iklim, menurutnya, tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja, butuh upaya kolektif untuk mengarusutamakan isu ini.

“Terima kasih atas saran, masukan dan kontribusi teman-teman aktivis yang hadir di Surabaya. Kami berharap kolaborasi yang lebih riil ke depan,“ katanya.

Dukungan dan partisipasi dari media dan masyarakat luas sangat diharapkan untuk menyebarkan semangat pernyataan bersama ini sebagai tonggak positif dalam perjuangan pelestarian lingkungan hidup di Indonesia.(*)

Posting Komentar

0 Komentar